Selasa, 31 Mei 2011

Mataram (Suara NTB)
Pengurangan subsidi minyak tanah oleh Pertamina, dampaknya semakin terlihat. Masyarakat mulai panik dan berebut minyak tanah di pangkalan dan pengecer.  Harga pun mulai merangkak naik melebihi harga eceran tertinggi.
Pemandangan itu terlihat di Jalan Airlangga Kelurahan Punia Mataram, Selasa (31/5) kemarin. Warga berebut mendapatkan minyak tanah yang dibatasi pembeliannya. “Saya hanya dapat jatah 1 liter sampai 2 liter per jerigen, supaya yang lain kebagian,” kata Na’im, pengecer minyak tanah.  Harga menyesuaikan dengan kekurangan jatah yang diterimanya dari pangkalan, yakni Rp 4500 per liter. Sementara jatah pagi itu, diterimanya hanya tiga drum. “Jatah ini akan segera habis dalam hitungan jam, artinya tidak sampai besok habisnya,” kata Na’im. Warga yang tidak kebagian pun harus mengantri sampai besok.
Salah seorang warga, Farida mengaku sudah dua hari tidak mendapat minyak tanah setelah sempat mencarinya ke sejumlah pengecer, bahkan ke kelurahan tetangga. Dua hari itu pun dia terpaksa memasak seadanya dengan kayu bakar. “Sekarang untung bisa dapat, itu pun rebutan. Saya hanya dikasi jatah satu liter,” tutur ibu hamil ini.

Kelangkaan juga mulai dirasakan dan menjadi keluhan ibu rumah tangga. Sebagaimana dirasakan Apriana Ramdani, ibu rumah tangga di Kompleks perumahan Salva Inti Properti Desa Terong Tawah Labuapi, harus mencari minyak tanah ke kampung – kampung. Padahal biasanya tidak susah mencari minyak di Pasar Pagutan. “Saya dapat minyak di Desa Bajur. Harganya sudah naik Rp 4500,” tuturnya. Sama dengan Farida, dirinya pun sempat “puasa” memasak dengan minyak tanah.
Masyarakat Diminta Adaptasi
Sementara, Pertamina Depo Ampenan mulai menarik minyak tanah bersubsidi di beberapa titik konversi. Seperti di Lombok Tengah, Pertamina mengaku sudah mulai mengurangi kuota hingga 50 persen menjadi 30 ton per hari.
‘’Pertamina telah melakukan pengurangan kuota mitan, tetapi itu baru dilakukan di Lombok Tengah karena realisasi distribusi LPG 3 kg di sana sudah mendekati target. Sementara untuk daerah lain baru akan dikurangi secara bertahap mulai bulan Juni,” ungkap Kepala Pertamina Depo Ampenan, Wawan Gunawan, kepada wartawan di kantornya, Selasa (31/5).
Wawan mengatakan, penarikan mitan bersubsidi di Loteng telah dimulai sejak pertengahan Mei lalu. Ke depan mulai bulan Juni ini, setiap minggu Pertamina akan mengurangi kuota distribusi di titik-titik konversi di kabupaten/kota sebanyak 10 persen. Menurutnya, penarikan itu diperkirakan akan berlangsung hingga Juli mendatang.
Wawan mengakui, dengan adanya penarikan ini kuota mitan bersubsidi di pasar jelas akan berkurang. Terhadap kondisi ini, masyarakat diminta untuk mulai membiasakan diri terhadap stok pasar. Pola adaptasi yang dapat ditempuh, adalah dengan membiasakan diri menggunakan LPG 3 kg atau jika masih ingin menggunakan mitan, maka mitan yang dibeli adalah mitan harga industri dengan konsekuensi harga beli lebih tinggi.
“Sampai dengan hari ini, kita masih mengeluarkan mitan bersubsidi sesuai kuota. Jadi tidak mungkin mitan hilang di pasaran. Pertamina tidak tahu kemana lagi mitan bersubsidi setelah dikeluarkan dari Pertamina. Pengawasan kendaraan pengangkut mitan ini, seharusnya turut diawasi oleh pemerintah daerah (Pemda) melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag),” jelasnya.
Wawan menyebutkan, jumlah kuota reguler yang masih dikeluarkan dari Depo Ampenan untuk Lombok tercatat sebanyak sebanyak 270 ton. Untuk menghindari kebocoran atau bahkan penyelewengan distribusi, pihaknya tetap mengingatkan sopir tangki untuk tidak menimbulkan persoalan dalam distribusi.
“Mitan bersubsidi ini agar benar-benar disalurkan ke pangkalan sesuai kuota. Jangan sampai, mitan itu dibawa ke tempat lain yang dapat menimbulkan masalah. Kalau itu terjadi, Pertamina akan menindak tegas sopir bersangkutan, dan bisa saja agennya mendapat sangsi,” tegasnya.
Ditambahkannya, mitan subsidi akan tetap didistribusikan ke masyarakat hingga konversi LPG 3 kg tuntas. Mencotoh alokasi untuk Kota Mataram dan Lobar misalnya, kuotanya mencapai 110 ton per hari, serta untuk Lotim dengan kuota 60 ton per hari. (ris/joe)

0 komentar :

Posting Komentar